Budaya-budaya unik dari berbagai suku di Indonesia memang menarik untuk dipelajari. Satu kepulauan Indonesia bagian Timur dimiliki oleh Nusa Teggara Timur tepatnya Sumba, memiliki budaya yang unik.
Sumba menyimpan berbagai macam adat istiadat masyarakat Nusa Tenggara Timur yang unik mulai dari upacara pernikahan hingga upacara kematian.
Table of Contents
Berikut 8 Tradisi Unik di Sumba
Jika kamu berniat mencari destinasi berlibur yang kental dengan budaya dan asat istiadat masyarakat Nusa Tenggara Timur, Sumba merupakan pulau yang tepat untuk kamu kunjungi, berikut keunikan budaya Sumba yang harus kamu tahu!
1. Tradisi Seserahan Belis
Acara adat di Sumba menjadi sorotan utama kamu jika berkunjung ke Sumba. Salah satu adat budaya Sumba yang menarik perhatian adalah tradisi pernikahan yang unik.
Upacara pernikahan dengan adat Sumba memiliki runtutan acara yang cukup panjang, salah satu tradisi wajib di acara pernikahan Sumba adalah tradisi belis.
Tradisi belis merupakan tradisi dimana calon pengantin pria memberikan belis kepada keluarga pengantin wanita sebagai tanda bahwa menghargai jasa keluarga pengantin wanita karena telah membesarkannya hingga menjadi istri pengantin pria.
Belis artinya mas kawin. Belis dapat berupa hewan seperti kuda, sapi, hingga gading gajah. Biasanya belis yang diberikan sebanyak 5-30 ekor, semakin banyak jumlah belis yang diberikan, menandakan semakin tinggi status sosial keluarga pengantin wanita tersebut.
2. Tradisi Nyale
Tradisi Nyale merupakan awalan dari tradisi Pasola. Nyale artinya cacing laut yang berwarna-warni. Biasanya Nyale ditangkap oleh warga kemudian dimasak dengan dicampur kelapa.
Adat istiadat masyarakat Nusa Tenggara Timur ini dilakukan untuk mengetahui apakah panen di tahun ini melimpah atau tidak. Jika panen melimpah, biasanya diprediksi apabila terdapat banyak Nyale di pesisir pantai menurut Rato Waigali dari Mawu Hapu Wanokaka.
Saat pelaksanaan tradisi Nyale, biasanya dua orang Rato akan berjalan menuju pantai lalu memanggil nyale supaya muncul. Bila Nyale ditemukan banyak dan gemuk maka artinya Dewa merestui pelaksanaan acara adat Pasola.
3. Upacara Kuda Pasola
Pasola, upacara adat dari Sumba Nusa Tenggara Timur yang sangat unik. Upacara ini merupakan festival menunggang kuda yang membawa tombak yang diperagakan saat peperangan.
Gerakan dari kuda pasola ini sangat dramatis terlihat dari ayunan kayu dan lincahnya kuda dalam melaju dan berpacu.
Seiring berjalannya waktu, tombak yang digunakan tidak lagi tajam. Sehingga tidak menyakiti lawan berkudanya.
Upacara Kuda Pasola merupakan upacara tradisional yang dilakukan di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.
Serangkaian dari adat istiadat masyarakat Nusa Tenggara Timur ini dilakukan oleh penganut agama asli dari Sumba yang disebut Marapu.
Melalui upacara pasola ini masyarakat Sumba percaya bahwa akan mendapat keberkahan dan restu dari sang pencipta untuk panen mendatang menuai hasil yang baik dan melimpah serta menjadi sarana penghormatan kepada leluhur.
4. Upacara Kematian Marapu
Selain tradisi pernikahan, cara masyarakat Sumba melakukan penghormatan terakhir kepada keluarga yang meninggal juga tergolong unik.
Sure, here are the sentences rewritten into active sentences in Indonesian:
Orang-orang menilai upacara Marapu sakral karena prosesnya yang tidak biasa.
Mereka memulai proses awal dari upacara ini dengan membangunkan jenazah, yaitu dengan membungkukkan jenazah seperti saat berada dalam kandungan ibu.
Kemudian mereka meletakkan jenazah pada liang kubur berbentuk bulat dan menutupnya dengan batu besar.
Lalu, keluarga inti jenazah akan mengundang semua keluarga besar untuk memberikan barang-barang kepada jenazah seperti emas, kain, hingga hewan qurban.
Setelah melakukan semua tahap, mereka akan menguburkan jenazah. Proses pemakaman ini dapat memakan waktu hingga berminggu-minggu bahkan sampai 6 bulan lamanya.
5. Tradisi Pahilir
Tradisi Pahilir dari Sumba merupakan adat istiadat masyarakat Nusa Tenggara Timur yang cukup unik.
Pahilir memiliki arti menghindar. Biasanya yang melakukan tradisi ini adalah menantu perempuan terhadap ayah mertuanya, menantu laki-laki terhadap ibu mertuanya, dan ipar yang berlawanan jenis.
Masyarakat Sumba menjalankan tradisi menghindar dengan cara tidak berkomunikasi, tidak bersentuhan langsung, bahkan tidak menyentuh barang milik masing-masing.
Dalam adat istiadat masyarakat Nusa Tenggara Timur adalah hal yang tabu jika melakukan aktivitas dan berkomunikasi dengan yang berlawanan jenis tanpa hubungan darah dan pernikahan.
Tujuan dari tradisi ini sebenarnya merupakan tujuan yang mulia, yaitu untuk menghindari adanya hubungan-hubungan yang terlarang.
6. Tradisi Budaya Sumba Heringu Kanigi
Sure, here are the active sentences in Indonesian:
Tradisi Heringu Kanigi kini memang jarang ditemui. Yang melakukan adat istiadat masyarakat Nusa Tenggara Timur ini yaitu ketika para petani mulai menanam padi sembari melantunkan nyanyian dan menari. Petani ibu-ibu dan wanita biasanya melakukan nyanyian dan tarian ini.
Biasanya, mereka melantunkan lagu-lagu gembira dan suka cita guna melambangkan kegembiraan mereka dalam mengolah tanah pertanian dan menanam padi di lahan yang telah Tuhan siapkan.
Selain untuk memberi semangat satu sama lain, para petani juga menggunakan tradisi ini sebagai cara untuk mensyukuri nikmat bertani yang Tuhan berikan kepada mereka.
7. Budaya Sumba Tradisi Makan Sirih Pinang atau Happa
Semua orang asli suku Sumba selalu mengunyah buah sirih, buah pinang, dan kapur.
Mereka mengunyah buah pinang muda yang masih memiliki kulit luar. Ketika mengunyah sirih pinang lidah akan terasa kepanasan, pedas bercampur pahit.
Namun, ternyata mengunyah sirih pinang ini juga tidak sembarangan, mengunyah sirih pinang harus menggunakan teknik yang tidak sembarangan.
Saat mengunyah sirih pinang air yang ada di mulut tidak boleh sampai tertelan karena dapat membuat mabuk, pusing, hingga sempoyongan dan detak jantung yang berdebar kencang.
Setelah mengunyah siring pinang, air ludah dan gigi kamu akan berubah menjadi merah loh! Apakah kamu tertarik untuk mencoba?
8. Tradisi Budaya Sumba Cium Hidung
Nama lain dari tradisi Cium Hidung ini adalah Hange’do. Tradisi unik ini bertujuan sebagai wujud kasih kepada sesama saudara baik saudara dekat maupun saudara jauh, serta sebagai tanda perdamaian.
Umumnya orang-orang mencium hidung di mana saja dan kapan saja, lalu mereka melanjutkannya dengan berpelukan satu sama lain.
Masyarakat Pulau Sabu melakukan tradisi Hange’do ini, bahkan presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga pernah melakukannya saat kunjungan ke Sumba.
Itu dia 8 adat istiadat masyarakat Nusa Tenggara Timur di Sumba yang harus kamu tahu.
Sebelum memutuskan berkunjung ke Sumba, tradisi mana yang ingin kamu ikuti secara langsung?
Baca juga: 7 Kampung Adat di Sumba Ini Menarik Untuk Dikunjungi