Tradisi Pasola di Sumba: Perang Adat Penuh Makna dan Pesona Budaya

Festival Pasola

Sumba, sebuah pulau cantik di Nusa Tenggara Timur, dikenal sebagai salah satu tempat terbaik di dunia bukan hanya karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kekayaan budaya dan tradisi yang masih sangat kental dijaga masyarakatnya. Salah satu tradisi paling unik dan menarik dari Sumba adalah tradisi Pasola. Tradisi ini bukan sekadar pertunjukan atau festival, melainkan sebuah ritual adat yang sarat makna dan sejarah.

Pernah dengar tentang Pasola? Atau kamu penasaran apa itu tradisi Pasola dan bagaimana pelaksanaannya? Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Apa Itu Tradisi Pasola?

Tradisi Pasola di Sumba | IndonesiaJuara Trip
Tradisi Pasola di Sumba | IndonesiaJuara Trip

Pasola adalah sebuah tradisi perang adat yang dilakukan oleh masyarakat Sumba sebagai bentuk ritual budaya yang sangat mendalam dan sarat makna. Secara sederhana, Pasola adalah pertarungan antara dua kelompok ksatria yang saling melempar tombak kayu sambil menunggang kuda. Namun, jangan kira Pasola hanya sekadar peperangan fisik biasa. Tradisi ini jauh lebih dari itu — ia merupakan simbol perjuangan, keberanian, dan doa yang dipanjatkan untuk kesuburan tanah serta keselamatan seluruh masyarakat.

Kata Pasola sendiri berasal dari bahasa lokal, yaitu dari kata “sola” atau “hola” yang berarti kayu lembing atau tombak kayu. Dalam konteks ritual, Pasola adalah tradisi perang adat yang mengisyaratkan dua kelompok berkuda saling berhadapan, saling kejar-kejaran, dan melempar lembing kayu ke arah lawan. Ritual ini bukan sekadar adu kekuatan, melainkan sebuah persembahan kepada alam dan leluhur.

Tujuan utama Pasola adalah menyambut datangnya musim tanam dengan harapan agar hasil panen nantinya melimpah ruah. Selain itu, Pasola juga merupakan wujud penghormatan kepada para leluhur serta kekuatan alam yang dipercaya menjaga kehidupan masyarakat Sumba. Melalui tradisi ini, keharmonisan sosial dan keseimbangan alam diyakini tetap terjaga, sehingga kehidupan warga bisa berjalan lancar dan berkelanjutan.

Dengan kata lain, Pasola bukan hanya permainan atau pertarungan, tapi juga ritual sakral yang menyatukan nilai keberanian, spiritualitas, dan adat istiadat dalam satu kesatuan budaya yang unik.

Kapan Tradisi Pasola Diadakan?

Pasola bukan tradisi yang bisa dilaksanakan kapan saja. Tradisi ini sangat terkait dengan siklus alam, terutama kemunculan nyale, yaitu cacing laut yang naik ke permukaan laut dalam jumlah banyak. Masyarakat Sumba percaya, Pasola hanya boleh diadakan ketika nyale muncul sebagai tanda izin alam untuk memulai ritual perang adat ini. Masa munculnya nyale biasanya berlangsung antara bulan Februari hingga April. 

Pasola diselenggarakan setahun sekali, tepatnya pada permulaan musim tanam. Di Kecamatan Lamboya, Pasola rutin digelar pada bulan Februari. Sedangkan di kecamatan Wanokaka, Pasola biasanya berlangsung pada akhir Februari hingga awal Maret. Dan terakhir, Pasola Kodi biasanya digelar pada bulan April. 

Tanggal pasti Pasola tidak bisa ditentukan sembarangan. Para rato (pemimpin adat) menentukan waktu pelaksanaan berdasarkan perhitungan kalender tradisional yang mengacu pada fase bulan gelap dan terang, serta tanda-tanda alam lainnya.

Satu bulan sebelum Pasola dimulai, seluruh warga diwajibkan mematuhi sejumlah pantangan, seperti larangan mengadakan pesta, membangun rumah, dan aktivitas lain yang dianggap dapat mengganggu kesucian ritual. Semua ini dilakukan demi menjaga keseimbangan antara adat, masyarakat, dan alam.

Baca juga: Cara Menuju ke Sumba Via Laut, Udara, dan Darat Beserta Kisaran Harga Tiketnya

Sejarah dan Asal Usul Pasola

Pasola bermula dari kisah cinta segitiga yang legendaris di kampung Wewijunga, Sumba. Tiga bersaudara, Ngongu Tau Matutu, Yagi Waikareeri, dan Ubu Dulla, pergi melaut dan menghilang. Sementara itu, istri Ubu Dulla, Rabu Kabba, jatuh cinta dengan pemuda lain bernama Teda Gaiparona.

Ketika para saudara kembali, muncul konflik karena Rabu Kabba memilih pergi bersama Teda. Untuk menghindari perang saudara yang bisa menghancurkan kedua keluarga, Rabu Kabba menolak pertumpahan darah dan mengusulkan sebuah kompromi: diadakanlah Pasola, ritual perang adat di mana yang menang berhak mendapatkan wanita tersebut.

Namun, menurut cerita, tidak pernah ada pemenang dalam Pasola. Pertarungan ini menjadi simbol untuk menjaga perdamaian dan kesuburan tanah, dengan darah yang tumpah diyakini memberi kehidupan dan keseimbangan bagi alam serta masyarakat Sumba.

Proses dan Ritual dalam Pasola

Festival Pasola di Sumba | IndonesiaJuara Trip
Festival Pasola di Sumba | IndonesiaJuara Trip

Pasola bukan sekadar tontonan. Ada proses dan ritual yang sangat sakral dan diikuti dengan penuh hormat. Pasola hanya bisa dilaksanakan setelah masyarakat mendapatkan nyale, karena kemunculan cacing laut itu menjadi tanda izin alam bagi permainan ini.

Permainan ini melibatkan dua kelompok ksatria Sumba, masing-masing beranggotakan lebih dari 100 pemuda. Mereka bertarung menggunakan tombak kayu berdiameter sekitar 1,5 cm yang ujungnya sudah ditumpulkan demi keselamatan.

Meski tombak berujung tumpul, pertarungan ini tetap berbahaya. Para pejuang menunggang kuda, beradu tombak sambil menghindar dari serangan lawan. Dalam beberapa kasus, pertarungan ini bisa berakibat fatal bahkan memakan korban jiwa.

Dulu, tombak yang dipakai berujung runcing dan pertarungan bisa lebih brutal. Namun seiring waktu, adat ini disesuaikan agar lebih aman, dengan tombak yang ujungnya tumpul.

Kematian dalam Pasola bukan sekadar kecelakaan, tapi dianggap sebagai pertanda adanya pelanggaran norma adat di masyarakat.

Makna Budaya dan Sosial Pasola di Masyarakat

Pasola bukan sekadar ritual adat biasa bagi masyarakat Sumba — ia memiliki makna yang sangat dalam dan sarat nilai budaya. Tradisi ini berfungsi sebagai ajang pemersatu warga desa, di mana dua kelompok bertarung bukan hanya untuk adu fisik, tapi untuk menunjukkan keberanian, kekompakan, serta rasa hormat yang mendalam kepada adat dan leluhur mereka.

Pasola melambangkan lebih dari sekadar peperangan; ia adalah simbol kesuburan tanah dan harapan akan panen yang melimpah. Melalui pertarungan ini, masyarakat Sumba memohon restu dan berkah dari alam serta leluhur agar kehidupan mereka selalu diberkahi. Dengan demikian, Pasola menjadi cara mereka memperkuat identitas budaya yang unik dan membedakan Sumba dari daerah lain di Indonesia.

Secara sosial, Pasola memiliki peran penting dalam mempererat hubungan antarwarga. Saat dua kelompok saling beradu dalam Pasola, mereka sesungguhnya memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di dalam masyarakat. Tradisi ini menjadi media untuk melestarikan nilai-nilai luhur seperti keberanian, penghormatan, dan gotong royong yang diwariskan nenek moyang sejak dulu.

Lebih dari itu, Pasola adalah ungkapan nyata dari keberanian para ksatria sekaligus penghormatan kepada leluhur. Ia juga doa yang dipanjatkan agar hasil panen dan kehidupan masyarakat selalu melimpah dan sejahtera. Melalui ritual ini, masyarakat Sumba menunjukkan kebanggaan atas warisan budaya mereka dan menegaskan bagaimana tradisi yang sudah berabad-abad dijalankan itu tetap relevan dalam memperkuat nilai-nilai hidup bersama dan semangat gotong royong.

Dengan Pasola, Sumba tidak hanya menjaga ritual adat, tapi juga memperkokoh ikatan sosial yang menjadi fondasi kuat masyarakatnya.

Baca juga: Sumba Tour 2025: Destinasi Liburan Impian Versi Forbes

Tradisi Pasola dan Pariwisata

Saat ini, Pasola tak hanya menjadi tradisi adat yang dilestarikan, tapi juga menjadi daya tarik wisata yang luar biasa. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara datang ke Sumba untuk menyaksikan langsung pertunjukan Pasola yang penuh energi dan keunikan ini.

Keberadaan Pasola sebagai atraksi wisata membawa dampak positif, seperti peningkatan ekonomi lokal dan pengenalan budaya Sumba ke dunia luar. Namun, tantangan juga muncul, seperti perlunya menjaga keseimbangan antara komersialisasi dan keaslian ritual adat agar tidak kehilangan makna dan nilai spiritualnya.

Melestarikan Pasola menjadi tanggung jawab bersama agar tradisi ini tetap hidup dan menjadi kebanggaan masyarakat Sumba sekaligus magnet wisata budaya yang autentik. Upaya pelestarian terus dilakukan agar Pasola tetap sakral dan bermakna, sekaligus memberi manfaat yang adil bagi masyarakat setempat.

Eksplor Sumba Bersama IndonesiaJuara Trip

Tradisi Pasola adalah salah satu kekayaan budaya yang membuat Sumba begitu istimewa di mata dunia. Dari sejarahnya yang sarat makna, proses ritual yang unik, hingga perannya dalam memperkuat identitas dan menarik wisatawan, Pasola adalah jendela bagi kamu untuk mengenal lebih dalam kehidupan dan budaya Sumba.

Kalau kamu penasaran ingin merasakan sensasi langsung melihat Pasola dan menjelajahi keindahan Sumba, IndonesiaJuara Trip siap membantu kamu! Eksplor petualangan budaya dan alam Sumba yang luar biasa dengan pengalaman yang tak terlupakan bersama pemandu lokal terpercaya.

Jangan lewatkan momen langka ini! Yuk, rencanakan Sumba Tour sekarang dan rasakan sendiri magisnya Tradisi Pasola di Sumba!

Banner Sumba Tour ID
Nikmati Pengalaman Berpetualang dengan IndonesiaJuara Trip