Tari Caci merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, yang awalnya berkembang di sebuah desa bernama Desa Todo, Kecamatan Satarmesa. Kata Caci berasal dari kata “ca” dan “ci”. “Ca” memiliki arti satu, sementara “ci” berarti uji, sehingga kedua kata tersebut jika digabungkan memiliki arti tarian yang dilakukan satu lawan satu. Namun, beberapa juga mengatakan bawah “caci” juga berasa dari para penari yang meneriakkan “ca ci ca ci ca ci” saat menari.
Berkonsep tarian perang, dulu Tari Caci dilakukan untuk membuktikkan siapa yang benar dan siapa yang salah. Namun sekarang, tarian tersebut lebih menjadi bagian dari proses sakral para pemuda Flores untuk menuju kedewasaan. Bagi para pemain Tari Caci, mendapat bekas cambukan dari proses tarian adalah suatu kebanggan dan lambang kejantanan. Sehingga para lelaki yang pernah melakukan Tari Caci dianggap telah dewasa dan layak diberi penghormatan oleh tetua adat. Semakin banyak cambukan yang mereka dapat, semakin tinggi derajat mereka di mata masyarakat.
Table of Contents
Pergelaran Tari Caci
Tari Caci dilakukan saat perayaan Tahun Baru (penti), saat musim panen (hang woja), upacara pembukaan lahan, atau saat upacara adat besar lainnya. Selain itu, kesenian ini juga dipentaskan saat menyambut tamu penting.
Tarian ini harus dilakukan oleh laki-laki berusia 25-50 tahun, berbadan atletis, pandai menangkis dan memukul lawan, bisa menari dan menyanyikan lagu-lagu daerah. Mereka akan membuat dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 3-5 orang, namun permainan akan dimainkan oleh satu lawan satu secara bergantian.
Sebelum dimulai kedua pemain akan melakukan pemanasan dengan menari berkeliling arena sambil meneriakkan tantangan yang diiringi lagu-lagu adat. Kamudian, permainan dimulai dan tarian dilakukan dengan cara menyabetkan pecut sepanjang 2 meter yang terbuat dari batang janur kuning yang disambung dengan tali sabut kelapa di bagian ujungnya, dan menahan pecutan dengan perisai yang terbuat dari kulit kerbau sambil bernyanyi. Bagi yang melakukan pecutan disebut sebagai Paki, sementara yang menangkis disebut Pa’ang.
Untuk menghindari cedera serius, pecutan yang dilakukan oleh pemain Tari Caci hanya boleh mengenai bagian atas lawan, seperti lengan, punggung, dan dada. Pemain akan dinyatakan kalah jika ia melakukan pecutan yang mengenai bagian wajah atau kepala lawan, meskipun bagian tersebut telah menggunakan aksesoris pelindung.
Keunikan Tari Caci
Meskipun memiliki unsur kekerasan, namun Tari Caci tidak meninggalkan dendam antar pemain, justru malah saling menghormati dan meningkatkan persudaraan, persatuan, dan persahabatan. Usai bertarung, kedua kelompok akan berjabat tangan dan menutup acara dengan minum Sopi, tuak khas Flores, bersama-sama.
Tari Caci juga dipenuhi dengan simbol, seperti kerbau yang dipercaya sebagai hewan buas dan terkuat bagi masyarakat Manggarai. Pecut yang melambangkan pria, kekuatan, kejantanan, ayah, dan langit, sementara perisai melambangkan ibu, rahim, kewanitaan, dan dunia.
Fungsi Tari Caci
Tari Caci ternyata memiliki beberapa fungsi untuk kehidupan sehari-hari bagi masyarakat NTT, antara lain:
Fungsi Sosial
Pertunjukkan Tari Caci dapat menumbuhkan interaksi dan komunikasi antar masyarakat setempat, sehingga hubungan mereka semakin kuat satu sama lain. Komunikasi dan interaksi terjalin mulai dari persiapan pertunjukkan hingga saat proses memasak bersama.
Fungsi Estetika
Segala hal yang terkait dengan Tari Caci memiliki nilai estetika, seperti kostum yang dipakai oleh pemain, musik yang dimainkan, dan juga bahasa yang digunakan.selama permainan.
Fungsi Ritual
Tari Caci merupakan simbol komunikasi dengan Tuhan YME. Sebelum pertunjukkan dimulai, dilakukan proses pembacaan mantra dan menyiapkan sesaji demi keselamatan para pemain dan juga penonton yang hadir.
Kostum dan Properti yang Dipakai di Tari Caci
Para penari Tari Caci biasa menggunakan kostum dan properti sebagai berikut:
Panggal
Hiasan kepala berbentuk persegi empat yang terbuat dari kulit kerbau dan dilapisi oleh kain khas Manggarai serta dihiasi renda, sementara di bagian atasnya berbentuk seperti tanduk kerbau yang dihiasi bulu ekor kambing.
Nggorong atau giring-giring
Logam yang diikatkan di bagian pinggang yang berfungsi untuk membuat bunyi saat pemain bergerak sehingga menambah kegagahan pemain.
Tubi Rapa
Perhiasan manik-manik yang dililitkan di kepala dan berfungsi sebagai pelindung wajah.
Lipa Songke atau Kain Songke
Kain berwarna hitam bersulam emas khas Manggarai yang dipakai hanya sebatas lutut bagi para pemain Tari Caci.
Selendang
Kain tenun khas Manggarai yang dipakai di bagian pinggang penari Caci.
Ndeki
Pelindung punggung dan lambang kejantanan para pemain Tari Caci yang terbuat dari bulu ekor kambing.
Demikian lah ulasan tentang Tari Caci, tarian khas Manggarai, Flores. Jika kamu berkunjung ke Nusa Tenggara Timur, sempatkan lah ke Manggarai untuk menikmati kesenian tradisional yang penuh dengan nilai budaya dan keindahan ini.
(image source: Hendri Suhandi)
Baca juga:
Liburan ke Labuan Bajo? Inilah Lokasi, Cara Menuju, dan List Tempat Wisata
7 Pakaian Adat Khas NTT Sesuai Suku, Apa Maknanya?